Tuesday, January 20, 2009

Masa penyesuaian di Bochum

myspace graphics

myspace graphics


Di kota Bochum kami tinggal di suatu kompleks perumahan yang diperuntukkan untuk keluarga asing yang diundang untuk bertugas di Jerman. Di kota ini, para keluarga asing belajar bahasa Jerman. Kompleks perumahan itu sangat bagus, tentu saja nyaman dan modern. Disana tersedia rumah kopel. Semua rumah bertingkat.Di lantai dasar ada ruang tamu merangkap ruang makan, dapur dan kamar mandi. Di lantai atas ada 3 kamar tidur.
Hidup kami berubah total! Dari kehidupan kami yang apa adanya di Laguboti, tiba-tiba rumah kami mempunyai banyak fasilitas seperti kulkas, kompor listrik, mesin pencuci piring, mesin pencuci pakaian dan vacuum cleaner. Semuanya itu belum pernah kulihat sebelumnya dalam hidupku. Horrreee ...kami juga mempunyai TV. Semuanya itu sudah lengkap di dalam setiap rumah di kompleks itu. Sebelumnya kami bahkan tidak punya TV. Kalau ke rumah Ompung di Medan, barulah kami melihat TV. Itupun mataku selalu melotot memandang benda ajaib itu!
Orangtuaku ikut kursus bahasa Jerman. Aku dan adik-adikku juga, tapi lain kelas. Karena masih anak-anak, kami cepat menangkap bahasa Jerman. Kami sering dibawa ibu guur keluar kelas, jalan-jalan ke kota, ke taman dsb. agar kami lebih cepat mengerti bahasanya.
Aku juga mengalami yang namanya culture schock. Siapa yang tidak bila mengalami perubahan hidup seperti ini? Sebelumnya masih jual sayur di pasar Laguboti. mandi di sumur, tanpa listrik, hidup apa adanya ....dan kemudian kehidupan yang serba mapan.
Yang sebelumnya tidak pernah jajan, soalnya dikasih 1 permen aja rasanya senang banget. Tiba-tiba aku melihat semua makanan itu di sebuah Supermarket. Aku sering pergi kesana, hanya untuk memandang dari kaca ke dalam. Memandang semua makanan yang tertata rapi. Permen, cokelat, biskuit, buah-buahan dll. Aku ingin sekali membeli, tetapi tidak mempunyai uang. Kami tidak pernah diberi uang oleh orangtua.
Tapi pada suatu hari, aku menunjukkan tanda-tanda dalam diriku ada "unsur kejahatan". Dia atas meja makan aku melihat banyak uang receh, diletakkan oleh mamaku disitu. Aku diam-diam mengambil beberapa uang receh, dan aku pergi ke Supermarket. Untuk pertama kalinya aku memasuki Supermarket itu. Aku melihat begitu banyak buah-buahan, apel, buah pir, buah anggur, sudah biasa dibeli ibuku. Walaupun masih baru, aku sudah mengenal buah-buahan itu. Tapi ada satu jenis buah yang menarik hatiku, mirip apel merah muda, yang kemudian kuketahui bernama buah aprikot. Maka aku mengambil beberapa dan ada petugas yang menimbang. Aku baca labelnya dimana tertera harganya. Ternyata uang yang kupegang nggak cukup untuk membayarnya. Diam-diam kutaruh di rak makanan lain.
Terus aku berjalan ke deretan rak makana ringan. Wah, ada banyak cokelat, ada Snickers, Bounty, Toblerone, Rittersport, Milka dll. Mataku melotot memandangnya. Maklum ajalah,kan usiaku saat itu masih 10,5 tahun. Ternyata uangku hanya cukup untuk membeli satu jenis makanan aja, sementara aku ingin yang ini dan yang itu. Entah setan apa yang merasuki diriku, yang jelas tanganku mengambil salah satu cokelat dan menyelipkannya ke ......dalam celana dalamku! Itu bisa cepat kulakukan, karena aku pakai gaun mini. Lalu aku pergi ke kasir untuk membayar 1 cokelat. Amaannnn! Tidak ketahuan aku sudah mencuri. Dan aku menjadi ketagihan. Aku sering melakukannya. Bahkan mencuri es krim pun aku pernah. Saat kuselipkan ke celana dalamku ....dingiiinnnn. Aku tidak pernah ketahuan! Padahal ada kamera berputar di Supermarket itu.
Tapi aku melakukan kejahatan itu "hanya" selama kami tinggal di Bochum aja (6 bulan). Soalnya akhirnya aku terbiasa juga dengan berbagai makanan itu, karena ibuku membelikan. Aku melakukan itu karena aku ingin tahu. Tetapi kalau kuingat, sebenarnya aku sangat malu dengan apa yang telah yang kuperbuat. Bahkan aku kadang membayangkan bagaimana kalau ketahuan, dan pada saat aku membayangkannya, aku sangat takut. Syukurlah semua itu sudah di belakangku.
myspace layouts

myspace layouts

0 comments:

Post a Comment