Wednesday, January 21, 2009

Liburan ke Indonesia .....


Ketika usiaku 14 tahun, kami liburan ke Indonesia. Dari Frankfurt kami ke Jakarta. Di bandara, ada beberapa keluarga yang menjemput kami. Ya, disambut dengan baik-lah. Soalnya kan ada keluarga datang dari luar negeri, gitu loh ......Aku disapa dengan bahasa Indonesia, pake deh, sih, dong lagi. Aku kan lebih lancar bahasa Batak, bahasa Indonesiaku malah terpatah-terpatah. Makanya dengan mahasiswa keturunan Cina di Jerman, kami komunikasi dalam bahasa Jerman. Soalnya mereka nggak tahu bahasa Batak dan aku nggak tahu bahasa Indonesia.
Keluarga besarku tahu kami dari kampung tembak langsung ke Jerman. Mereka pikir kami ini sudah makin modern-lah, nggak tahu bahasa Batak. Makanya disapa dan diajak bicara dalam bahasa Indonesia plus deh, sih, dong. Karena aku menjawab dengan terbata-bata, akhirnya mereka mengalah dan berbicara Batak dengan kami. Maka lancarlah pemibicaraan kami. Dan mereka kaget, bahasa Batak kami Batak banget …..ya namanya juga dari Laguboti. Selain itu, di Jerman kami sekeluarga juga berbicara sehari-hari dengan bahasa Batak.
Selama beberapa hari di Jakarta, kami terbang ke Pekanbaru, mengunjungi kakak laki-laki dari ibuku. Beberapa hari disana, kami terbang ke Medan. Wah, dimana-mana kami diundang makan. Saudara yang dulunya menganggap remeh kami, tiba-tiba bersikap manis. Dulunya menganggap sepele karena kami orang kampung, tiba-tiba ngaku : itu yang dari Jerman itu keluarga kami lho ......Yah, namanya juga manusia. Normal toh seperti itu.
Yang membuatku geli adalah, betapa mereka sangat menginginkan pakaianku dan sepatuku. Soalnya made in Germany. Bagiku dulu itu barang-barang biasa. Jadi kalau ada yang minta, aku berikan aja. Aku malah suka baju-baju Batik dan beli sepatu di Medan. Semuanya untuk dibawa ke Jerman. Aneh ya.
Kami berada di Indonesia selama 6 minggu. Pulang ke Jerman, dengan bangga aku mengenakan gaun Batik ke sekolah. Eh, malah aku ditertawakan. Menurut mereka kainnya aneh. Yah namanya juga anak-anak, nggak ngerti Batik itu apa. Sayangnya aku terpengaruh, dan tidak memakai Batik itu lagi. Yah, namanya juga aku anak-anak.

0 comments:

Post a Comment