Tuesday, January 20, 2009

Masa kecil yang bahagia

myspace glitters

myspace glitters


Kita semua mengalami masa kanak-kanak. Ada yang menyenangkan dan ada yang menyakitkan atau mengecewakan. Mungkin ada yang merasakan masa kecil hidup serba kekurangan dan tidak senang mengingat masa kecilnya.
Aku sering mengingat masa kecilku, walaupun aku masih sangat ingat bahwa hidup kami dulunya serba kekurangan di desa Laguboti/Tapanuli Utara. Bukan dalam arti bahwa kami pernah menahan lapar. Kami cukup makan tetapi lebih dari urusan makan 3 x sehari, sudah menjadi hal yang sulit bagi kami. Dulu aku sering merasa minder karena keadaan ekonomi kami. Ketika aku kelas 3 SD, setiap pulang sekolah aku harus menjual sayur di pasar. Ceritanya, kalau aku jualan, di sampingku selalu jualan seorang penjual kue basah. Kadang aku tergoda untuk membeli 1 potong kue dari uang hasil jualan sayur. Dan bila itu kulakukan, pasti aku dipukul ibuku. Jadi kami dididik dengan keras. Mungkin bagi sebagian orang, kehidupan seperti itu tidak ingin dikenang. Tetapi bagiku sungguh beda, karena dengan mengenang masa kecilku, aku semakin bersyukur akan kehidupanku sekarang.




Aku dan adik-adikku : Hilde, Johnson, Agustinus, Edward

Aku kadang berpikir, bila kami terus tinggal di Laguboti, bagaimanakah kehidupanku kini? Apakah aku akan menikah dengan petani miskin dan aku tetap berjualan sayur di pasar? Apakah aku akan menjadi seorang wanita karir dan mempunyai seorang suami yang kaya? Tetap menjadi penjual sayur tidak kuinginkan, tetapi membayangkan mempunyai seorang suami kaya pun tidak membuat aku kegirangan. Aku tidak mau mengkhayal, aku menginginkan jalan hidup yang telah kujalani sampai kini karena kehidupanku penuh warna. Jadi intinya adalah aku sangat mensyukuri kehidupanku kini.
Sewaktu aku kecil, kami sudah beberapa kali pindah. Ayahku adalah seorang pendeta. Seorang pendeta sering pindah tugas. Ketika baru menikah, ayahku ditempatkan di Langsa/Aceh, dimana aku lahir. Pada saat usiaku 1 tahun, kami pindah ke Padang Sidempuan, dimana kami tinggal selama 5 tahun. Kemudian kami pindah ke Laguboti, dimana juga kami tinggal selama 5 tahun. Disanalah aku mulai sekolah SD.
Dulu gaji seorang pendeta sangatlah kecil. Ayahku berasal dari keluarga yang berada. Kakek-ku dulunya KTU di Dinas Kehutanan Sumatra Utara. Ayahku sempat kuliah Hukum di USU, tetapi ayah merasa terpanggil menjadi pendeta dan meninggalkan kuliahnya. Dulu menjadi pendeta harus siap hidup susah. Dan ayahku memang mampu menjalaninya. Untuk menunjang ekonomi keluarga, ibuku merangkai bunga pengantin. Terus aku disuruh setiap hari jualan sayur di pasar, hasil tanaman ibuku di pekarangan rumah dinas pendeta yang luas.
Rumah kami dulu tidak bagus, dan perabotan kami juga sedikit. Aku masih ingat bahwa kami sekeluarga tidur di atas satu tempat tidur yang besar! Kedua orangtuaku, aku dan ketiga adik laki-laki ku.Aku harus tidur meringkuk agar kaki-ku tidak menggantung.Tetapi di kemudian hari orangtuaku membeli 1 lagi tempat tidur.
Aku tidak pernah merasakan diberi uang jajan jadi setiap hari di sekolah aku memandangi teman-teman aku jajan. Yang namanya makanan di luar makan 3 x sehari itu tidak pernah ada. Diberi satu permen saja rasanya sudah sangat senang.
Oleh karena itu aku tidak mau anak-anak aku mengalami seperti yang kualami. Karena kenyataannya, hidup dalam kekurangan sempat membuatku minder. Bila ada makanan mahal, pasti aku belikan untuk anak-anak ku. Bukan menjadi makanan rutin, tetapi yang dimakan hanya 2-3 x setahun. Yang penting anak-anak ku tidak ketinggalan dan tahu rasa makanan itu.
Dulu aku sering mengunjungi Laguboti bersama keluargaku. Kutunjukkan ke suami dan anak-anak tempatku berjualan sayur 35 tahun yang lalu. Aku ingin mereka tahu bahwa dulu kehidupanku tidak mudah dan bahwa mereka jauh lebih beruntung.
Jadi aku sangat beruntung bisa pindah dari Laguboti. Bukan pindah ke kota besar di Indonesia, melainkan tembak langsung ke Jerman! Coba Anda bayangkan, dari jualan sayur di pasar langsung ke kehidupan yang mapan dan nyaman. Tentu saja sangat mengejutkan bagi kami. Tetapi itu cerita lain.
Yang penting aku sangat mensyukuri hidupku sekarang. Dan kenyataan bahwa jalan hidupku itu sangat menarik. Aku tidak kaya, aku tidak punya mobil, aku kemana-mana naik motor.Tetapi bukan itu yang paling penting. Untuk apa punya harta berlimpah kalau tidak bisa mensyukuri apa yang diberikan Tuhan. Hidupku penuh warna dan kaya akan pengalaman luar biasa.Bayangkan saja, dari penjual sayur di desa langsung pindah ke Jerman, cerita itu saja sudah menarik, apalagi pengalaman-pengalamanku selanjutnya. Aku percaya itu berkat campur tangan Tuhan Yesus! Aku suka merinding kalau membayangkan bagaiman bila aku tidak pernah pindah dari Laguboti? Akan dimana dan jadi apakah aku kini???
Coba Anda ambil waktu dan ingat masa kecil Anda. Bandingkan dengan kehidupan Anda sekarang yang mungkin jauh lebih baik dari dulu. Maka mengucap syukurlah pada Tuhan bahwa hidup Anda mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.
myspace layouts

myspace layouts





0 comments:

Post a Comment